All About 2PM And JYP Nations, Indonesia Family Fanbase for 2PM. Offers news, biography, projects, games and information. Contact information: hottest.indo@yahoo.com
Senin, 12 Maret 2012
[fan cam] 120310 2PM Live in Hong Kong--Opening
120310 2PM Hands up asia tour - My valentine (Taecyeon&Nickhun)
120310 2PM Hands up asia tour - wooyoung dance
120310 2PM Hands up asia tour - chansung solo
120310 2PM Hands up asia tour - Alive (Junsu solo)
120310 2PM Hands up asia tour - Talking time
120310 2PM Hands up asia tour - Back2u chansung ver.
Senin, 27 Februari 2012
120228 EBS "Sharing(NaNum)" 2PM Junho ep.1 (1/2) Volunteering in Ethiopia
120227 EBS Sharing Cut - Junho Talk Session ♥
Selasa, 14 Februari 2012
Title : One Moment One Kiss Cast: : All Member 2pm dan 2 Gadis Kembar
Junsu melangkah masuk kedalam lift yang akan membawanya ke apartemen mereka. Mereka dalam hal ini adalah 2PM.
Eh, apa itu 2PM? Siapa sih yang gak kenal 2PM. Seluruh penduduk Korea pasti tahu, terutama kaum perempuan. Idol masa kini. Junsu terkekeh menanggapi pikiran randomnya yang muncul tiba-tiba. Dia harus kembali ke apartemennya karena ada barang tertinggal disana, dan grup-nya membutuhkannya
15 menit yang lalu :
“Kau bawa CD itu?” tanya Taecyon kepada Wooyoung.
“CD apa? CD untuk latihan?” tanya Wooyoung balik kearah Taecyon, “Sepertinya kemarin dibawa Jaebum.”
Taecyon bergerak kearah Jaebum yang sudah mulai menari kecil menghadap sebuah kaca lebar di studio tari itu. “Hey, CD kemarin kau bawa?”
“Tidak, Junsu yang bawa,” jawab Jaebum singkat. Taecyon hanya mendecakkan lidahnya, kesal karena dilempar kesana kemari. Oh beneran deh ya, kedisiplinan di JYP ini sungguh tinggi, jangan sampai kita melupakan sesuatu yang sederhana saja.
“Junsu-yah! Kau bawa?” ujar Taecyon mulai kesal.
“Bawa apa?” tanya Junsu heran. Taecyon menatapnya kesal. “AH!” Junsu menepukkan kedua tangannya, “Bagaimana sekarang?” tanya Junsu.
“Ya, kau harus mengambilnya, teman.”
Maka disinilah sekarang, Junsu berdiri, di lift gedung apartemennya dengan sedikit terburu-buru. Yah, sebenarnya tidak begitu sih, cuma memang mereka sudah dilatih disiplin, jadinya harus tepat waktu. Paling tidak terlambat dua puluh menit.
Pintu lift terbuka, Junsu melangkahkan kakinya dengan cepat tanpa melihat apa yang didepannya dan terkejut ketika tiba-tiba seorang perempuan berdiri di depan pintu apartemennya. Perempuan itu terlihat kebingungan dengan memegang binder mini di tangan kirinya. Memakai topi pet. Rambutnya cokelat terang, saat berbalik dia juga terkejut melihat Junsu berdiri di depannya. Wajah perempuan berparas Asia, tapi bukan orang Korea, pikir Junsu. Dan sepertinya seumuran dengannya.
“Ada perlu apa?” tanya Junsu. Perempuan itu bersungut-sungut bingung. Junsu juga kebingungan, “Nona ada keperluan apa berdiri di pintu apartemen saya?” tanyanya sekali lagi. Perempuan itu tambah bingung, dan sedikit memanyunkan bibirnya. Nyah, maksudnya apa sih perempuan ini, apa dia tidak mengerti perkataan Junsu? Sekelebat jawaban muncul di otak Junsu. “Are you not a Korean?” tanya Junsu dalam bahasa Inggris yang terbata-bata. Untung saja dia bisa berbahasa Inggris. Tapi tidak benar-benar bisa, sih. Terimakasih kepada Jaebum dan Nickhun.
“Ya, benar. Kau bisa bahasa Inggris?” tanya balik si perempuan itu. “Aku sedang mencari alamat ini,” lanjut si perempuan itu sambil mengulurkan binder kearah Junsu. Junsu mengambil binder itu dan melihat alamatnya. “Uh, ya.. benar. Tempat itu disini. Di apartemenku. Tapi kau mencari siapa?” tanya Junsu.
“Temanku, Michael Jung. Kalau tak salah namanya Jung Hoon Ji. Katanya dia tinggal disini, menurut temanku,” jawab perempuan itu.
“Tak ada namanya Jung Hoon Ji disini. Kau pasti mendapat alamat yang salah,” ujar Junsu.
“Ah, benarkah. Sayang sekali. Aku sudah menunggu lima jam didepan apartemen ini,” jawab si perempuan itu dengan pandangan sedih dan kecewa.
“Lima jam?! Kau gila.” Junsu berkomentar singkat. Perempuan itu hanya tersenyum pasrah, antara tidak mengerti perkataan Junsu dan sedikit menebak lelaki itu kaget. Manis sekali senyumnya, pikir Junsu. Sesuatu bereaksi di dalam dada Junsu. Ada apa ini?
“Kalau begitu aku pergi saja. Aku akan mencari info yang lain. Terimakasih,” ujar perempuan itu sambil mengulurkan tangannya, meminta Junsu mengembalikan bindernya. Setelah dia mendapatkan bindernya, dia berlalu meninggalkan Junsu yang menatap punggung perempuan itu dengan penasaran, sebelum Junsu masuk kedalam apartemennya.
***
“Aaaaah, aku lapar.” seru Junho.
“Tidak cuma kau. Kami juga kelaparan. Manager, kita berhenti di suatu tempat untuk makan. Bagaimana?” tanya Nickhun kepada managernya yang sibuk menyetir. Manager itu hanya menggumam singkat.
Beberapa menit kemudian mobil itu berhenti di sebuah restaurant yang cukup sepi. Waktu sudah menunjukkan waktu larut. Waktu yang tepat untuk mereka makan. Karena tak mungkin mereka makan saat restoran ramai, bisa-bisa mereka tidak jadi makan.
Mereka duduk di bangku panjang dan lebar yang cukup diisi lebih dari enam orang. Mereka memesan makanan dan mulai makan dengan khusyuknya sebelum mata Junsu menangkap seseorang yang agak dikenalnya duduk di meja yang merapat di dinding, yang sedang menertawai sesuatu kepada lelaki yang dihadapannya. Itu kan perempuan yang tadi berdiri di depan apartemennya.. ah, sepertinya sudah menemukan orang yang dimaksud. Junsu menipiskan bibirnya dan melanjutkan memakan makanannya, dengan perasaan aneh berkecamuk. Ada apa lagi sih?
***
Jadwal kerja 2PM memang ketat, tidak ada hari bebas untuk mereka. Harus mendatangi acara ini itu lah, show ini itulah, rasanya tidak ada waktu untuk bersenang-senang sendirian. Walau mereka cukup puas untuk bersenang-senang bersama. Beruntunglah Junsu berada di sebuah grup alih-alih melakukan solo, walau suaranya cukup bagus dan prospektif untuk membuat album sendiri. Tapi, puji Tuhan diatas sana, mendapat teman lebih baik daripada sendirian. Tak pernah akan dia temukan orang-orang seperti teman satu grupnya ini, jika dia memutuskan untuk solo. Dan tak mungkin juga, karena sudah lama dia diset untuk berada dalam sebuah grup oleh manajemen tempat dia bernaung.
Tapi dia sepertinya membutuhkan satu waktu untuk sendirian, satu waktu yang dihabiskan bersama seseorang.. maksudnya satu orang wanita.
“Memikirkan apa kau?” tanya Jaebum
“Tidak, tidak memikirkan apa-apa.” Junsu menjawab singkat, menutupi pikirannya yang mungkin nanti tersirat di wajahnya.
“Cewek mungkin,” ujar Chansung yang sedang asyik membaca sesuatu disampingnya. Junsu melempar bantal kearah wajahnya. “Yah!” seru Chansung, seperti yang sudah diduga Junsu. Dia hanya terkekeh.
Cewek ya.. atau perempuan lah bilang saja. Yaah, setiap lelaki pasti kepengin lah punya pacar, apalagi dengan umur mereka sekarang. Tapi jadwal padat tak mungkin membuatnya sempat mencari-cari pacar. Mungkin nanti bakal ketemu sendiri.
“Hey, Jaebum. Kemarin aku bertemu dengan perempuan—”
“EAAHH, benar kan? Kau kepikiran cewek!”
“Eissh, aku belum selesai ngomong tau,”
“Arasso.. arasso.. lanjutkan.”
“Perempuan itu mencari nama Jung Hoon Ji di apartemen kita ini, memangnya ada yang pernah tinggal disini sebelum kita?”
“Lah, memangnya aku cenayang? Tanyakan manajer yang mengontrak apartemen ini untuk kita.”
Junsu manyun mendengar jawaban Jaebum, “Ck, anak ini memang benar-benar.. Aku bertanya kalau saja memang benar ada seseorang yang pernah tinggal disini atau tidak.”
“Dan sekali lagi, chagiyaaaa…” Jaebum ngece, “aku bukan cenayang. Memangnya perempuan itu cantik ya? Kau sampai memikirkan siapa yang dicarinya.”
“Tidak. Sama sekali tidak cantik. Dia tidak bisa berbahasa korea. Mungkin orang luar negeri, tapi wajahnya Asia. Seperti kau mungkin.”
“Hmm.. dan kau sekarang berharap bertemu dengannya begitu?”
“Haissh, tidak ada hubungannya! Eh tapi, aku jadi ingat, di restoran kemarin dia sepertinya bersama seorang lelaki. Mungkin itu orang yang dicarinya.”
“Wajahmu, Junsu. Seperti orang yang sangat khawatir, kau menyukainya kan? Ya kan? Hehehe, Yah, semuanya.. Junsu menemukan cewek loh!”
“YAH!”
“Apa-apa?? Junsu nemu cewek? Siapa dia?” tanya Junho.
“Tuh kan, aku bilang apa? Instingku tak akan pernah salah!” ujar Chansung.
“Yah, kau diam saja!” seru Junsu.
“Junsu wajahnya merah!” goda Nickhun.
“Aku tak pernah merona, tau!” seru Junsu pada Nickhun. Lanjut.. lanjut.. lanjut.. semua melanjutkan segala kata-kata mengejek, menggoda untuk Junsu.
Oh, gosh… seru Junsu dalam hati.
***
“Hey!” seru Junsu kepada seorang perempuan yang berpapasan dengannya di koridor sebuah salon. Perempuan itu berbalik.
“Ya? Kau memanggilku?” tanya si perempuan itu.
“Kau bisa bahasa Korea?” tanya Junsu terkejut kepada perempuan itu. Perempuan itu bingung.
“Memang kenapa? Aku sudah tiga tahun disini, tidak heran.” Perempuan itu menjawab dengan penuh keheranan.
“Tapi kemarin kau bilang tidak bisa bahasa Korea,” ujar Junsu.
“Eh? Kapan?” tanya perempuan itu tambah bingung.
“Sekitar seminggu yang lalu kau mendatangi apartemenku untuk mencari seseorang. Tak sangka akan bertemu denganmu disini dan kau bisa bahasa Korea,”
“Eh? Maksudnya apa?” tanya perempuan itu benar-benar keheranan.
Junsu juga ikut heran. “Kau tidak ingat?”
“Uhm.. bilang saja memang aku memiliki daya ingat yang sangat lemah. Atau itu orang yang mirip denganku.”
Junsu terdiam, dan menelengkan kepalanya berpikir.
“Ah, jika kau tidak ada urusan, biarkan aku melanjutkan pekerjaanku.” Perempuan itu pamit kepada Junsu. Junsu hanya mengangguk.
“Dia tidak mengenalmu?”tanya Jaebum
“Benar. Dan dia bisa bahasa Korea.”
“Mungkin saudaranya.”
“Tak mungkin. Mirip sekali. Dan suaranya mirip.”
“Yaaaaa.. kau sampai ingat dengan suaranya. Hey, yorobunniee, Junsu—UHK!” Jaebum dibekap oleh tangan Junsu. “Eissh, anak ini diamlah!” Junsu melepaskan tangannya.
“Aku tak tahu, sepertinya wajah perempuan itu menari-nari di pikiranku tiap malam.”
“CEILEEEEH!!”
“Diamlah!” desis Junsu sambil memperingati.
“Tapi kau mau apalagi, dia saja tidak mengingatmu. Sudahlah..” ujar Jaebum sambil menepuk-nepuk bahu Junsu.
***
Beberapa bulan setelah kedatangan perempuan itu, Junsu dan satu grupnya mengisi banyak acara, jadwal makin padat. Junsu sudah hampir melupakan keberadaan perempuan itu, tiap malam juga sudah tidak memimpikan perempuan itu. Mungkin perasaan sukanya hanya sementara. Kalau kata istilah itu.. cinta lokasi.
Dan sekarang dia berada di sebuah Universitas swasta untuk mengisi acara Hari Perempuan di Korea. Banyak grup yang diundang. Acara ini lumayan besar. Ada festival yang bebarengan dengan acara konser ini. Setelah mempersembahkan beberapa lagu, 2PM berencana meninggalkan tempat. Baru kali ini ada hari dimana mereka lumayan bebas setelah menjalani satu acara, maka salah satu diantara mereka mencetuskan ide untuk berputar-putar di acara festival, dengan konsekuensi diikuti oleh beberapa bodyguard. Maklum, banyak fans yang berkumpul hanya untuk melihat mereka manggung barang beberapa menit.
Fans, antara fenomena dan hal yang harus disyukuri, tanpa mereka, grup-grup di Korea tidak akan sebesar saat ini. Tidak akan ada istilah Idola. Tapi dilain sisi agak merepotkan mereka. Lihatlah, saat mereka berjalan ke festival itu, banyak gadis-gadis sekolahan berteriak di pinggir, terjebak oleh desakan bodyguard dan beberapa orang yang lain. Mereka berteriak dan ada yang menangis. 2PM hanya tersenyum menanggapi mereka. Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan kecuali tersenyum. Bunuh diri kalau mereka tiba-tiba menanggapi hysteria para fans mereka.
Kerumunan semakin berkurang setelah mereka, para fans, akhirnya lelah sendiri. Atau memutuskan pulang, karena mereka mempunyai agenda sendiri. Beberapa bodyguard pun sudah mempersantai penjagaannya. Beberapa masih lalu lalang, para fans itu. Tapi hanya berteriak histeris dengan teman sebelahnya.
Junsu dan teman-temannya melihat-lihat sekitar. Karena kerumunan makin berkurang, dan suasana yang lumayan kondusif jika ada fans yang tiba-tiba mengajaknya bicara membuat mereka sanggup meladeni permintaan. Junsu menangkap sekelebatan perempuan yang dikenalnya. Perempuan itu. Junsu menatapnya, melangkah pelan menuju perempuan itu, yang sedang melihat-lihat topeng festival. Dan dia melihat Junsu.
“Hello! Senang bertemu denganmu lagi.” Si Perempuan itu menyapanya duluan. Junsu seketika merasa lega, setelah memendam kekhawatiran bahwa dia menyapa orang yang salah, lagi.
“Hai. Kau sedang apa disini?”
“Aku? Aku kuliah disini. Kau sendiri?”
“Kuliah?” ujar Junsu heran dengan bahasa Koreanya. Lupa kalau perempuan ini tidak bisa berbahasa Korea.
“Benar, aku mengambil program Student Exchange di Negara asalku. Dan eh ya, aku sedikitnya mengerti bahasa Korea sekarang. Tapi tetap tidak bisa mengucapkannya.”
“Jadi kau mengerti jika aku berbicara bahasa Korea?”
Perempuan itu mengangguk.
“JUNSU!” seru suara itu. Jaebum dan yang lainnya mendekat ketempat dimana Junsu berdiri. Perempuan itu melihat tujuh orang berkumpul disekitar Junsu.
“Temanmu?” tanya perempuan itu.
Jaebum melirik Junsu, “Inikah?” tanyanya. Junsu mengangguk. “Hello, my name is Jaebum. And this is Junsu. I have heard about you last time visiting our dorm, right? Got it from him.” Jaebum dengan lancarnya menyapa si perempuan itu, sambil menunjuk Junsu dengan dagunya.
“Oh, Inggrismu lumayan. Perkenalkan aku Alexa. Aku lupa memperkenalkan namaku.” Alexa mengulurkan tangan ke arah Jaebum dan menampilkan senyum manisnya. Jaebum berbisik di telinga Junsu, “Benar, dia manis juga.” Junsu hanya mendengus.
“Ah, kalian sedang apa disini?” tanya Alexa lagi.
“Kami—”
“We—”
Junsu dan Jaebum menjawab bersamaan. “Kita sedang konser disini. Kami penyanyinya.” Nickhun kali ini yang bersuara. Mata Alexa mendadak membesar, terkejut.
“Ah, kalian penyanyi? Tak kusangka. Kalian yang menyanyikan lagu… eh—kalau tak salah begini : Again and again and again and again. Betul kan?” tanya Alexa sambil meniru tarian awal mereka. Nickhun mengangguk. “Aku suka lagu itu.” Tambahnya.
“Lalu kau disini ngapain?” tanya Chunsang tiba-tiba.
“Aku sedang dalam program Student Exchange.”
“WOOH! Dia mengerti bahasa Korea!”
Alexa hanya tertawa.
“Kau dari Negara mana?” tanya Taecyon
“Boston.”
“WAH! Sama sepertiku kalau begitu. Aku dari Boston juga, er—aku besar disana.”
“Wah, bagus kalau begitu. Kebetulan yang menarik, bukan?”
“Alexa!” seru seseorang dibelakangnya, memanggilnya untuk segera kesana.
“Wah, maaf. Aku duluan. Kalian semangat saja menghibur orang-orang. Fighting!” Alexa meniru gaya orang korea jika menyemangati antar teman. “Dah!” dan dia menutupnya dengan senyuman termanisnya seraya melambaikan tangannya.
Jaebum menyodok dada Junsu. “Kau diam saja.”
“Bagaimana aku bisa ngomong kalau kalian begitu cerewet.”
“Marah nih yeee..” goda Taekyon.
“Yah! Aku benar kan Junsu lagi suka sama ceweeek!” seru Chansung gembira yang ujung-ujungnya dibekap oleh Wooyoung.
“Diam sebelum orang-orang mendengarnya, babo-yah!” ujarnya. Chansung lalu menutup mulutnya sendiri dan menggerakkan tangannya seperti orang yang berjanji akan menutup mulutnya dan menjaga rahasia ini.
“Lalu?” tanya Wooyoung kepada Junsu. Mereka sekarang berbalik menuju mobil mereka untuk pulang, dan kalau memang masih ada waktu, mereka akan latihan.
“Lalu apa?” tanya Junsu balik. Kini mereka bertiga berjalan paling belakang.
“Lalu bagaimanaaa? Dengan perasaanmu ini,” timpal Jaebum, “kutahu itu cewek idealmu. Si pemilik senyum manis. Kalau aku jadi kau, aku tak akan mengejarnya.”
“Jelas saja, kita sibuk.” Junsu menjawab.
“Tapi jelas sekali kau menyukainya, hei.” Wooyoung berkata.
“Suka pun tidak harus direalisasikan, kan? Aku bahkan tidak punya nomer teleponnya.”
“CIEEEE!!” seru Jaebum dan Wooyoung bebarengan.
“Apa sih?” tanya yang lain, yang berjalan mendahului mereka.
“Diam saja kalian!”
“Oh, ini gila.” Junsu mendesah setelah terbangun dari tidurnya. Sudah berapa minggu ini dia memimpikan Alexa. Kata orang tidak ada obat yang mujarab selain menghubungi orang yang menghantui pikiranmu. Dalam artian, jika menghantuinya disertai perasaan rindu yang berkepanjangan. Junsu bangun dari kasurnya. Memutuskan untuk minum air dingin untuk menetralkan perasaannya. Seketika ada ide muncul : tanyakan saja pada pegawai salon itu! Wajahnya mirip, pasti saudaranya. Besok mereka harus manggung di acara televisi, otomatis mereka harus bersolek dulu. Dan untung saja, salon itu langganan mereka. Mendadak hati Junsu senang bukan main.
Esoknya, Junsu benar-benar mencari pegawai itu. Tentu saja dengan diam-diam meninggalkan temannya di lobby. Berabe kalau mereka sampai tahu.
Junsu celingukan mencari satu persatu ruangan yang ada. Tetapi dia tidak menemukan perempuan yang mirip Alexa itu. Perut Junsu terasa jatuh semua, rasanya ada sesuatu yang hilang.
“Yah, kau!” seru seseorang dibalik punggung Junsu. Junsu berbalik dan mendapati orang yang sama seperti yang disapanya kemarin di salon ini. Dan memang wajahnya mirip sekali dengan Alexa.
“Kebetulan sekali, aku sedang mencarimu.” Junsu berujar tiba-tiba dan sontak maju mendekat ke arah perempuan itu. “Kau, kenal Alexa?” tanyanya langsung. Perempuan itu berjengit.
“Dia adikku, kenapa? Maksudku adik kembaranku.” Perempuan itu menjawab dengan jelas. Junsu kontan menepuk keras kedua tangannya—kegirangan.
“Boleh aku tahu nomer handphonenya?” tanya Junsu to the point.
“Memangnya kau siapanya?” tanya perempuan itu.
“Temannya.”
“Bohong. Dia tak punya teman orang Korea selain orang yang dicarinya. Dan kapan Lexy punya teman artis sepertimu?” tanya perempuan itu dengan ketus. Mulut Junsu menganga tak percaya dengan ucapan ketus perempuan didepannya. Bayangannya 100% hancur, karena dipikirnya saudara Alexa setidaknya juga murah senyum. Tapi ternyata tidak.
“JUNSU-YAH! KEMANA KAU!?” seru suara dari lobby. Junsu mendecak tak sabar. Tangannya menyambar pulpen yang terjepit di saku dada si perempuan. Sontak saja si perempuan itu terkejut dan marah-marah tak jelas. Disambarnya tangan kiri si perempuan dan menuliskan nomer handphonenya.
“Beritahu Alexa untuk menghubungi nomor ini. Ini pulpenmu.” Junsu meninggalkan perempuan yang menatap heran itu.
***
Telepon berdering dari balik bantal. Alexa buru-buru menyambar teleponnya itu.
“Merepotkan.”
Ujar suara dari balik telepon Alexa. Alexa hanya terkekeh. “Kenapa denganmu?”
“Kau kenal dengan Junsu 2PM darimana?”
“Junsu? AH! Dia. Memang kenapa?”
“Dia seperti kesetanan mencariku, dan menanyakan nomormu.”
“Lalu?”
”Tidak kuberi, lah. Kau tahu. Aku tak mau melanggar janji atas privacy-mu itu.”
Alexa hanya tertawa pelan.
“Tapi dia memberikan nomornya padaku. Cari kertas dan catat. Cepat.”
Alexa mengambil binder mininya, “Lanjutkan,” lalu dia mencatat nomor yang diberi kakaknya. Diletakkan pulpennya dan bindernya sekalian di sampingnya.
“Lexy..”
“Hmm?”
“Kupikir dia menyukaimu.”
“Benarkah?”
“Sepertinya. Dari tampangnya saja dia sepertinya penasaran denganmu. Aku beri saran saja sih, kirimi dia SMS.”
“Setelah Hyoon Ji aku tak ingin punya pacar, Rem.”
“…”
“Kenapa diam?”
“Aku tak mengerti pikiranmu, Lexy.”
“Kita memang dilahirkan sama, tapi pikiran berbeda. Sadarkah kau Remmy?”
“Ya, aku sadar betul. Dan untung kau ada, kalau tidak aku bisa mati karena dipaksa ini itu oleh Mom.”
“Dan melarikan diri ke Korea. Kenapa semua harus berakhir disini?”
“Tanya itu pada dirimu sendiri. Kau kenapa dapat pertukaran pelajar kemari, bukannya Afrika saja. Merepotkanku tahu!”
“Sudahlah, kau juga harus menerima keberadaanku disini. Tentang pertukaran pelajar itu juga aku sebenarnya tak menginginkannya, kau tahu. Ini random saja. Dan aku lantas mengingat Hyoon Ji, dan berusaha mencari tahu dimana dia tinggal. Alih-alih Hyoon Ji, aku dapat Junsu ini.”
“Kau beruntung dapat artis.”
“Apa untungnya?”
“Yah untung saja. Ah, kau ribet. Aku heran kita terlahir kembar. Ck! Sudahlah, pulsaku sekarat.”
“OK.”
Alexa menutup teleponnya. Saudara kembarnya itu, Remmy, memang dilahirkan dengan memiliki pemikiran yang selalu bertentangan dengannya. Disaat dia berpikir mie Ramen itu enak, Remmy malah bilang mie-nya menjijikkan. Disaat dia bilang Hyoon Ji tidak baik untuknya, Alexa malah berpikir sebaiknya.
Hyoon Ji.. Hyoon Ji. Kemana kau? Jangan sampai saat terakhir Alexa disini dia tidak menemukannya.
***
BIP BIP
Junsu cepat-cepat membuka handphonenya,
Junsu berjingkat di tempat duduknya tanpa suara. Dan cepat-cepat membalas,
Message Sent.
Junsu tak meletakkan handphonenya, menunggu balasan. Tapi tak kunjung datang.
“Kau tak makan?” tanya Nickhun.
“Nanti saja.” Saat ini dia tidak lapar. Hanya SMS yang dinantikannya.
BIP BIP
Junsu cepat-cepat membuka handphonenya lagi,
“WOHOOOO!” seru Junsu kegirangan.
“Aigoo.. lihatlah Junsu. Dia kerasukan apa coba?” tanya Taecyon mencibir. Junsu hanya nyengir senang.
“Aku tahu!” seru Jaebum.
“Apa?” tantang Junsu.
“Kau kerasukan arwah apartemen ini!” ujarnya ngawur sembari berjalan ke arah Junsu. “Pasti kau sudah dapat nomor cewek itu, kan?” bisiknya. Junsu mengangguk pelan sambil nyengir lebar. “Owh! Dia benar-benar kerasukaaaaan!”
Aktivitas ber-SMS ria benar-benar membuat hari-hari Junsu makin berbeda. Dia sepertinya sangat semangat setelah mendapat SMS dari Alexa. Teman-temannya pada kebingungan dan sedikitnya heran dengan tingkah laku Junsu. Bahkan manajernya sempat berceletuk, “Kalau kau bisa terus semangat begini, kau bisa mendapatkan Daesang atas namamu sendiri.”
Tidak. Daesang tidak cukup untuk disamakan dengan kebahagiaan Junsu saat ini. Love is in the air. Eh, tunggu, apa benar ini cinta. Mungkin Junsu hanya menganggap senyum Alexa benar-benar manis.
“Kira-kira dia mau tidak ya aku undang melihat acara minggu depan?” tanya Junsu tiba-tiba. Sayangnya disebelahnya bukan Jaebum, tapi Changsun. Tapi toh mereka sudah tahu siapa yang dibicarakan Junsu.
“Undang saja,” jawab Changsun, “mungkin dia makin terpana denganmu jika melihat secara LIVE.”
“Ssah! Dia sudah melihat secara live tau!” ujar Wooyoung.
“Benar juga.”
“Undang saja lah. Tak masalah jika dia tidak mau datang, benar kan Junsu?” tanya Jaebum. Junsu hanya menghela napas panjang.
“Yah, kuharap dia datang sih.”
Message sent.
“Haaah, beginikah rasanya cinta long distance?” tanya Junsu acak.
“CIEEEEEE!!!” ujar yang lain bebarengan. Ricuh tak bisa ditolak, mereka saling mengolok Junsu.
BIP BIP
Junsu langsung kembali menekuni handphonenya,
Yeah. Semoga dia bisa.
***
Seminggu kemudian Alexa benar-benar datang. Tak bisa dibayangkan betapa ramainya sorak-sorak anak-anak 2PM akan kedatangan cewek ini. Bahkan mitra satu manajemennya juga ikut bertanya kenapa. Mereka hanya menjawab ada seseorang yang menciptakan taman indah dihati Junsu, yang diikuti teriakan protes bin malu Junsu.
Setelah mereka tampil dan beristirahat di backstage untuk selanjutnya kembali pulang, Junsu pamit untuk menemui Alexa—yang lagi-lagi diikuti sorakan kecil teman-temannya. Junsu berlari kecil mencari Alexa yang tadi dia suruh untuk menunggu di pintu backstage—batas antara penonton dan ruang ganti.
“Hey!” ujar Junsu.
“Hey! Kau keren sekali tadi.” Pujinya sambil menunjukkan dua jempol tangannya. Junsu sumringah.
“Terimakasih. Ngomong-ngomong, kau sibuk setelah ini?”
“Tidak. Kenapa?”
“Eh, kalau kuajak keluar bagaimana? Aku tahu ini sudah malam, tapi bisakah?” tanyanya, memohon. Alexa terdiam sesaat. Sedikit tercengang dengan ajakannya.
“Well, boleh saja. Tapi apa kau tak apa-apa? Maksudku, kau kan ditunggu sama teman-temanmu?” tanyanya.
“Tidak, aku sudah ijin.”
“Aah.. ,” ujar Alexa sambil manggut-manggut, “oke kalau begitu.” Senyum favorit Junsu tergambar di wajah Alexa, membuat sesuatu bergerak makin kuat di hati Junsu. Apakah ini cinta sungguhan?
“Baiklah. Tunggu disini. Aku harus berganti pakaian dulu. Oke. Tunggu disini!” ujarnya sambil berbalik lalu berlari. Alexa hanya terkekeh pelan sambil mengatakan ‘OK’.
Junsu muncul dengan pakaian lengkap. Maksudnya disini adalah pakaian untuk menyamarkan wajahnya. “Ayo,” ujarnya pada Alexa sembari mengulurkan tangan, barangkali Alexa menjawab uluran tangannya. Dan gayung menyambut, Alexa memegang tangannya. Mereka pun berjalan beriringan, keluar dari pintu yang lain.
***
“Ngapain saja kalian?” tanya Junho penasaran.
“Iya, ngapain saja?” tanya Changsun kali ini.
“Cuma ngobrol-ngobrol saja kok. Ga ada yang spesial.”
“Kau jangan menutupinya. Mereka bergandengan tangan!” ujar Taecyon.
“Hei! Kau mengikuti kami?!”
“Kami cuma penasaran. Hanya aku, okcet dan wooyoung,” jawab Jaebum.
“Kalian curang.”
“Taruhan jika besok ada rumor Junsu gandengan tangan sama cewek.” Wooyoung memulai. Kericuhan kembali terjadi. Dan Junsu pun terganggu dengan bakal-rumor itu. Tapi toh sudah konsekuensi, Alexa pasti mengerti, dan Junsu kembali membalas olok-olokan temannya.
***
Benar saja. Baru kemarin mereka jalan berdua dan itupun Junsu sudah mati-matian menutupi wajahnya, tapi tetap saja ada yang menangkap basah mereka berdua. Dan rumor merebak dengan cepat, seperti kimchi lezat yang disediakan di setiap hidangan. Pasti laris.
Remmy berdiri di depan monitornya. Setelah membaca beberapa rumor dan foto-foto yang tidak jelas darimana tentang rumor itu, dia berusaha menelepon adik kembarnya.
“Lexy!”
“What?”
“Itu benar kau?”
“Apanya?”
“Kemarin apa kau berkencan dengan Junsu?”
“Memangnya kenapa? Kau menyarankan seperti itu kan?”
“Tapi.. aku tak menyangka rumor akan sesanter ini. Dan lihat saja responnya mengerikan.”
Alexa hanya mendengus lelah. “Memangnya dibicarakan bagaimana?”
“Hmm.. yaaah, banyak yang tidak setuju. Ada yang bilang kau jelek—berarti aku jelek juga kan?— dan inilah yang aku takutkan, Lexy. Nanti Sung Woo mengira aku selingkuh.”
“Kau bisa bilang itu aku.”
“Tapi berarti aku mengungkapkan kebenaran. Nanti malah rumornya jadi tambah seperti bom atom. Menakutkan juga disukai idola sejuta umat ya.”
“Sebenarnya takut juga, Remmy. Aku tidak suka kehidupanku diekspos. Well, aku bukan seorang artis memang, dan bukan sok ngartis juga. Tapi setiap orang berbeda bukan? Ada yang suka diekspos ada yang tidak. Misalnya dirimu.” Alexa tertawa.
“Kau menertawakan apa, eh? Memangnya aku pengemis perhatian. Atau begini saja. Ngomong-ngomong karena kita kembar, apa tidak sebaiknya kita tukar pasangan?” ucap Remmy tanpa dipikir.
“Kau gila!” sahut Alexa yang dibarengi pertanyaan ‘kenapa?’ Remmy, “uh.. aku sebenarnya sudah mulai menyukai Junsu.” Alexa berujar pelan.
“Benarkah? Ahay!” seru Remmy dibalik telepon girang.
“Tapi aku tidak adil. Karena aku pikir dia mirip Hyoon Ji,” gumam Alexa pelan.
“Kau masih memikirkannya? Setelah apa yang dilakukan padamu?!” geram Remmy.
“Remmy.. ini.. ah entahlah. Aku sendiri juga masih belum yakin. Sudahlah.” Alexa bergumam lagi.
Terdengar helaan napas panjang Remmy dibalik gagang telepon. “Lupakanlah Hyoon Ji, Lexy. Aku tak yakin dia bisa membahagiakanmu, walau dia ternyata masih hidup.” Alexa terdiam. “Kalau kau ada waktu, main ke tempatku. Sejak di Korea kau tidak pernah mengunjungiku. Dasar breng.sek.” Kali ini Alexa tertawa.
Demikian hari demi hari berlalu dan Junsu masih tetap berkencan dengan Alexa. Mereka berkencan secara acak dan tampaknya memutuskan untuk tidak peduli dengan rumor yang seharusnya benar; mereka makan di restoran, mereka bermain di taman bermain. Anehnya tidak ada kelompok pencari berita yang menangkap basah mereka berdua. Mungkin dewi Fortuna sedang tidak ada kerjaan dan memilih Junsu untuk ditangani.
Alexa, bagi Junsu bukan hanya sekedar gadis yang senyumnya menawan, tapi juga gadis yang sempurna. Humoris dan intelek bersamaan. Tapi Alexa tertutup jika membicarakan masalah keluarganya, tapi toh Junsu tidak peduli—atau lebih tepatnya berusaha tidak peduli walau ternyata kenyataannya dia peduli. Pokoknya hari-hari Junsu juga penuh keindahan. Benar kata Jaebum, mungkin taman bunga dihatinya saat ini sedang tumbuh bunga warna-warni. Tapi untuk menanam bunga itu dibutuhkan waktu, dan Junsu hanya punya sedikit waktu. Mencari waktu kosong ditengah jadwal padat memang sangat langka. Terpaksa ketika dalam beberapa hari Junsu tidak mengajak Alexa keluar. Dan ketika Junsu bisa, Alexa sedang sibuk dengan kuliahnya. Dan semuanya makin klimaks ketika mereka (Junsu .CS) harus pergi ke Jepang untuk menjalani suatu training selama beberapa bulan.
Apakah karena terlalu lelah atau karena berada jauh, Junsu makin hari jarang menghubungi Alexa. Dan sebaliknya tidak ada SMS atau telepon dari dia. Apakah hanya karena cinta sekilas saja. Sepertinya jika memang hanya sekilas, kencan kemarin seperti mimpi. Bunga di hati Junsu jarang tersiram, hingga layu. Tapi akhir-akhir ini dia mendapat SMS acak dari Alexa,
Hanya sekali, dan entah kenapa Junsu lupa membalasnya. Kemudian dikejutkan oleh SMS lainnya.
SMS ini datang beberapa hari yang lalu sebenarnya, dan Junsu baru sempat menelepon sekarang,
“Halo.” Alexa menjawab lemah.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Junsu.
“In the middle. Sebagian semangat tapi sebagian yang lain lelah luar biasa.”
“Bagaimana kabar kakakmu?”
“Sudah sehat, dan dia sudah kerja. Kau sendiri?”
“Yeah, training ini itu. Sibuk, pada intinya.”
“…”
“Kenapa diam?”
“Aku lelah.”
“Tidurlah kalau begitu, maaf mengganggu. Dan maafkan ulah fans itu.”
“Bukan. Aku tak mengantuk, hanya kepikiran kenapa perasaanku terasa lelah akhir-akhir ini. Apa karena kita jarang bertemu?”
“…” kali ini Junsu yang terdiam.
“Aku merasa tidak ada semangat lagi, dan aku kepikiran untuk mengakhiri semua ini,” ujarnya tak semangat.
Roh Junsu serasa dsedot oleh lubang kecil berkekuatan besar. “Kau bercanda.”
“Haha, benar. Sudahlah, kau istirahat saja.”
“You too,” ujar Junsu, khawatir jika itu bukan hanya sekedar candaan.
Alexa menutup teleponnya. Mengusap mukanya. Apakah memang harus diakhiri? Karena mendadak dia menemukan Hyoon Ji-nya.
***
“Kau tak semangat akhir-akhir ini, teman!” seru Jaebum sembari menepuk pundak Junsu.
“Lelah mungkin. Dan kepikiran sesuatu.”
“Katakan saja apa.”
“Alexa sepertinya sudah bosan menunggu.” Junsu menundukkan wajahnya.
“Maksudnya dia ingin putus?” tanya Jaebum.
“Sepertinya,” Junsu mendengus, “Aissh, apakah aku terlihat berlebihan memikirkan hal yang seharusnya keputusannya cukup sederhana? Aku cukup memilih satu diantara dua. Pertahankan atau lepaskan.”
“Cinta itu memang membingungkan, kawan. Dan kau tidak terlihat berlebihan. Aku pikir ini suatu kenormalan. Tapi jangan mempengaruhi performamu.”
Lalu aku harus bagaimana? Pertahankan atau tidak? Tapi sebenarnya dalam lubuk hati yang paling dalam, Junsu benar-benar dengan tulus mencintai Alexa. Ketika dia mengingat senyuman Alexa pertama kali, Junsu memutuskan untuk mempertahankan Alexa.
BIP BIP
Junsu membuka handphonenya dan membaca isinya,
SMS itu bagaikan petir di siang bolong. Junsu tahu bagaimana cerita antara Hyoonji dan Alexa dari Remmy. Jadi ceritanya Hyoonji dan Alexa sudah berpacaran sejak SMP. Saat di bangku kuliah Hyoonji tertangkap oleh mata Alexa berjalan dengan cewek lain. Karena ingin membalas perbuatan Hyoonji, Alexa pergi dengan teman cowok yang dipiliihnya secara acak. Entah kerasukan setan apa Hyoonji terbakar api cemburu. Dia mendatangi cowok itu dan menghajarnya, alih-alih memarahi Alexa. Dan cowok itu mengalami luka serius, dan diadukan ke pihak berwajib oleh orangtuanya. Karena perbuatannya, Hyoonji terpaksa pindah sekolah dan akhirnya memilih kembali ke Negara asalnya : Korea. Dan beberapa hari kemudian Alexa mengetahui bahwa Hyoonji sebenarnya tidak menyelingkuhinya, itu hanya hukuman karena kalah taruhan dengan temannya dan harus mengajak seorang perempuan berkencan sehari. Alexa merasa sangat bersalah dan hingga sampai saat ini dia mencari Hyoonji. Dan sekarang ketemu.
Apakah hubungan ini perlu dipertahankan?
***
Setelah beberapa minggu menjalani serangkaian kegiatan di Jepang, mereka kembali ke Korea. Tapi tak ada kata istirahat. Mereka harus lanjut menghadiri berbagai acara. Setelah berita terakhir yang didapatnya dari Alexa, Junsu tidak ada niat untuk menghubungi Alexa. Beberapa missed call tercantum di handphone Junsu—dari Alexa.
Saat itu Junsu dan yang lainnya kembali ke apartemennya dan terkejut ketika melihat Alexa berjongkok didepan pintu apartemen. Persis saat pertama kali Junsu menemukannya disini.
Alexa bangkit, “Bisa bicara sebentar?”
Yang lain meninggalkan Junsu diluar berdua. “Ada apa?”
“Kenapa kau tak menjawab teleponku?”
Menjawab apa kau, Junsu. Sibuk? Jawaban klasik. Apakah dia harus menjawab dengan jujur? Sudah seharusnya.
“Aku memikirkan hal mengerikan jika aku mengangkat telepon itu.”
“A-apa?” Alexa bertanya keheranan.
“Aku pikir kau akan mengatakan putus dan memutuskan kembali pada Hyoojin.”
Alexa membeku diatas tempatnya. Dumbfounded.
“Kau pikir aku kembali pada Hyoonjin? Apa kau tak pernah memikirkan jika telepon itu memberitahukan hal gembira?” tanya Alexa.
“Ketakutan mungkin,” Junsu meracau. Alexa mengusap mukanya dan menyisir rambutnya yang dibiarkan terurai. Matanya beradu dengan mata tegas milik Junsu. Mengherankan sekali jika dari mata itu tersirat ketakutan. Alexa menghela napas.
“Junsu.. aku hanya ingin memberitahumu bahwa masalahku dengan Hyoonjin sudah selesai. Aku mencarinya memang awalnya untuk mencari kesempatan kedua. Dan meminta maaf tentunya. Karena aku tahu, hatiku bukan di dirinya lagi, aku menemukan seseorang yang lain. That’s you.” Alexa menelungkupkan tangannya di pipi Junsu. Matanya beradu. Ada kegundahan disana, dimata Junsu. “Aku tak peduli dengan ulah para fans-mu. Beberapa memang ada yang seperti itu. Aku tahu aku tidak pantas jika bersamamu, menurut mereka. Tapi itu hanya masalah kecil. Yang aku takutkan adalah jika ada pemikiran di satu pihak seperti ini. Aku tak mau mengulang kesalahanku.” Alexa memandang Junsu dengan sedih.
Tak ada kata yang keluar dari bibir Junsu, dia hanya memeluk Alexa. Memeluknya sampai terucap sebuah kata, “Maafkan aku.”
Alexa hanya tersenyum sedih. “Tak apa, setiap orang membuat kesalahan.” Alexa menarik diri dari pelukan Junsu.
“Kita bisa melanjutkannya berarti?” tanya Junsu.
“Takutnya tidak.”
Mata Junsu mendadak melebar, “Maksudnya?”
“Aku akan kembali ke Boston besok. Masa pertukaranku habis.” Alexa menatap sedih Junsu.
***
Remmy mendorong troli barang milik Alexa dan membawanya ke bagian gudang di bandara. Alexa sendiri hanya membawa satu tas geretnya.
“Aku akan merindukanmu, Lexy.”
“Tidak rindu dengan Mom?” goda Alexa.
“Tak akan.” Remmy terdiam. “Yeah, katakan saja aku baik-baik saja disini. Jangan khawatir.”
Alexa tersenyum.
“Ngomong-ngomong, Junsu tak mengantar?”
“Kau pikir dia bukan artis, Rem?”
“Aku baru ingat.” Remmy menepuk jidatnya. “Biasalah, aku tak pernah mengikuti perkembangan artis Negara ini. Cukup ribet mengurusi urusanku sendiri.”
Mereka berdua menunggu di lobby sebelum Alexa masuk ke ruang pemberangkatan. Tiba-tiba saja ada yang menepuk pundak Remmy. Remmy menoleh dengan cepat.
“Mengganggumu, tapi bisa aku pinjam saudarimu?” tanya lelaki bertopi pet itu.
“Memangnya dia barang? Tanya saja kepadanya sendiri.” jawab Remmy ketus.
“Eissh, kau ini tak pernah sekalipun tidak ketus padaku,” ujar Junsu kesal.
“Hei, Junsu.” Alexa menoleh dan melepaskan earphonenya. “Kau tidak ada acara?” tanya Alexa.
“Aku baru selesai. Untung saja ada waktu sebelum acara berikutnya. Aku memaksa manajerku mengantar kemari.”
“Yang lain tidak protes?” tanya Alexa.
“Kupaksa untuk tidak.” Junsu terkekeh. Alexa ikut terkekeh juga.
“Aku permisi dulu,” sela Remmy.
“Tidak usah, aku pinjam saja adikmu,” sahut Junsu sambil memberi tanda pada Alexa untuk mengikutinya.
((Bilang saja ini semua dikatakan dalam bahasa Inggris, capek sekali ngasih warna hijau
))
“Ada apa?” tanya Alexa.
“Tidak, hanya ingin bersama untuk yang… uh, terakhir?” ujar Junsu sembari bertanya.
“Kita kan bisa duduk saja.”
“Kau tak seru. Kau tahu dengan berjalan-jalan aku lebih susah untuk diketahui.” Junsu melipat lengannya di dada.
“Baiklah, sekarang apa? Hanya ingin berjalan-jalan? Sepuluh menit lagi aku harus berangkat.” tanya Alexa.
“Yeah.. begitulah,” Junsu menjawab. Tangannya masih terlipat di dada. “Dan aku hanya ingin mengatakan singkat saja, kalau kelamaan aku bisa dibunuh mereka.”
“Apa itu?” tanya Alexa sebelum dia ditarik ke pelukan Junsu.
“Terimakasih. Terimakasih karena telah membuat cerita di kehidupanku. Aku sendiri tak yakin kita akan bertemu lagi dan mengulang masa yang sama. Karena waktu berputar dan selalu berubah. Mungkin saja kau menemukan orang lain di sana. Terimakasih untuk satu kenangan ini.” Junsu berbisik di balik telinga Alexa. Alexa membalas pelukan Junsu.
“Aku juga. Terimakasih karena telah membuatku melupakan Hyoonji; terimakasih karena telah memberikanku pengalaman berkencan dengan idola gadis seluruh Korea,” Alexa terkekeh, “dan terimakasih untuk pelukan ini.”
Kali ini Junsu yang menarik dirinya dari Alexa, sembari merentangkan tangannya dan membusungkan dadanya, “Kau tak akan menyesal telah merasakan pelukan Kim Junsu sang idola ini.” Senyum tersungging lebar di bibir Junsu.
”Dan kau tak akan pernah melupakan ini,” Alexa meletakkan tangannya di pipi Junsu, menjinjit dan mencium bibir Junsu dalam-dalam. Junsu terkejut tapi langsung mengadaptasikan dirinya dengan suasana ini. Ditariknya badan Alexa mendekat dan membalas ciumannya penuh-penuh.
Jika memang dewi Fortuna sedang iseng lagi, mungkin suatu saat mereka akan mengulangi ciuman ini lagi. Just one moment and one kiss will tell it all.
Eh, apa itu 2PM? Siapa sih yang gak kenal 2PM. Seluruh penduduk Korea pasti tahu, terutama kaum perempuan. Idol masa kini. Junsu terkekeh menanggapi pikiran randomnya yang muncul tiba-tiba. Dia harus kembali ke apartemennya karena ada barang tertinggal disana, dan grup-nya membutuhkannya
15 menit yang lalu :
“Kau bawa CD itu?” tanya Taecyon kepada Wooyoung.
“CD apa? CD untuk latihan?” tanya Wooyoung balik kearah Taecyon, “Sepertinya kemarin dibawa Jaebum.”
Taecyon bergerak kearah Jaebum yang sudah mulai menari kecil menghadap sebuah kaca lebar di studio tari itu. “Hey, CD kemarin kau bawa?”
“Tidak, Junsu yang bawa,” jawab Jaebum singkat. Taecyon hanya mendecakkan lidahnya, kesal karena dilempar kesana kemari. Oh beneran deh ya, kedisiplinan di JYP ini sungguh tinggi, jangan sampai kita melupakan sesuatu yang sederhana saja.
“Junsu-yah! Kau bawa?” ujar Taecyon mulai kesal.
“Bawa apa?” tanya Junsu heran. Taecyon menatapnya kesal. “AH!” Junsu menepukkan kedua tangannya, “Bagaimana sekarang?” tanya Junsu.
“Ya, kau harus mengambilnya, teman.”
Maka disinilah sekarang, Junsu berdiri, di lift gedung apartemennya dengan sedikit terburu-buru. Yah, sebenarnya tidak begitu sih, cuma memang mereka sudah dilatih disiplin, jadinya harus tepat waktu. Paling tidak terlambat dua puluh menit.
Pintu lift terbuka, Junsu melangkahkan kakinya dengan cepat tanpa melihat apa yang didepannya dan terkejut ketika tiba-tiba seorang perempuan berdiri di depan pintu apartemennya. Perempuan itu terlihat kebingungan dengan memegang binder mini di tangan kirinya. Memakai topi pet. Rambutnya cokelat terang, saat berbalik dia juga terkejut melihat Junsu berdiri di depannya. Wajah perempuan berparas Asia, tapi bukan orang Korea, pikir Junsu. Dan sepertinya seumuran dengannya.
“Ada perlu apa?” tanya Junsu. Perempuan itu bersungut-sungut bingung. Junsu juga kebingungan, “Nona ada keperluan apa berdiri di pintu apartemen saya?” tanyanya sekali lagi. Perempuan itu tambah bingung, dan sedikit memanyunkan bibirnya. Nyah, maksudnya apa sih perempuan ini, apa dia tidak mengerti perkataan Junsu? Sekelebat jawaban muncul di otak Junsu. “Are you not a Korean?” tanya Junsu dalam bahasa Inggris yang terbata-bata. Untung saja dia bisa berbahasa Inggris. Tapi tidak benar-benar bisa, sih. Terimakasih kepada Jaebum dan Nickhun.
“Ya, benar. Kau bisa bahasa Inggris?” tanya balik si perempuan itu. “Aku sedang mencari alamat ini,” lanjut si perempuan itu sambil mengulurkan binder kearah Junsu. Junsu mengambil binder itu dan melihat alamatnya. “Uh, ya.. benar. Tempat itu disini. Di apartemenku. Tapi kau mencari siapa?” tanya Junsu.
“Temanku, Michael Jung. Kalau tak salah namanya Jung Hoon Ji. Katanya dia tinggal disini, menurut temanku,” jawab perempuan itu.
“Tak ada namanya Jung Hoon Ji disini. Kau pasti mendapat alamat yang salah,” ujar Junsu.
“Ah, benarkah. Sayang sekali. Aku sudah menunggu lima jam didepan apartemen ini,” jawab si perempuan itu dengan pandangan sedih dan kecewa.
“Lima jam?! Kau gila.” Junsu berkomentar singkat. Perempuan itu hanya tersenyum pasrah, antara tidak mengerti perkataan Junsu dan sedikit menebak lelaki itu kaget. Manis sekali senyumnya, pikir Junsu. Sesuatu bereaksi di dalam dada Junsu. Ada apa ini?
“Kalau begitu aku pergi saja. Aku akan mencari info yang lain. Terimakasih,” ujar perempuan itu sambil mengulurkan tangannya, meminta Junsu mengembalikan bindernya. Setelah dia mendapatkan bindernya, dia berlalu meninggalkan Junsu yang menatap punggung perempuan itu dengan penasaran, sebelum Junsu masuk kedalam apartemennya.
***
“Aaaaah, aku lapar.” seru Junho.
“Tidak cuma kau. Kami juga kelaparan. Manager, kita berhenti di suatu tempat untuk makan. Bagaimana?” tanya Nickhun kepada managernya yang sibuk menyetir. Manager itu hanya menggumam singkat.
Beberapa menit kemudian mobil itu berhenti di sebuah restaurant yang cukup sepi. Waktu sudah menunjukkan waktu larut. Waktu yang tepat untuk mereka makan. Karena tak mungkin mereka makan saat restoran ramai, bisa-bisa mereka tidak jadi makan.
Mereka duduk di bangku panjang dan lebar yang cukup diisi lebih dari enam orang. Mereka memesan makanan dan mulai makan dengan khusyuknya sebelum mata Junsu menangkap seseorang yang agak dikenalnya duduk di meja yang merapat di dinding, yang sedang menertawai sesuatu kepada lelaki yang dihadapannya. Itu kan perempuan yang tadi berdiri di depan apartemennya.. ah, sepertinya sudah menemukan orang yang dimaksud. Junsu menipiskan bibirnya dan melanjutkan memakan makanannya, dengan perasaan aneh berkecamuk. Ada apa lagi sih?
***
Jadwal kerja 2PM memang ketat, tidak ada hari bebas untuk mereka. Harus mendatangi acara ini itu lah, show ini itulah, rasanya tidak ada waktu untuk bersenang-senang sendirian. Walau mereka cukup puas untuk bersenang-senang bersama. Beruntunglah Junsu berada di sebuah grup alih-alih melakukan solo, walau suaranya cukup bagus dan prospektif untuk membuat album sendiri. Tapi, puji Tuhan diatas sana, mendapat teman lebih baik daripada sendirian. Tak pernah akan dia temukan orang-orang seperti teman satu grupnya ini, jika dia memutuskan untuk solo. Dan tak mungkin juga, karena sudah lama dia diset untuk berada dalam sebuah grup oleh manajemen tempat dia bernaung.
Tapi dia sepertinya membutuhkan satu waktu untuk sendirian, satu waktu yang dihabiskan bersama seseorang.. maksudnya satu orang wanita.
“Memikirkan apa kau?” tanya Jaebum
“Tidak, tidak memikirkan apa-apa.” Junsu menjawab singkat, menutupi pikirannya yang mungkin nanti tersirat di wajahnya.
“Cewek mungkin,” ujar Chansung yang sedang asyik membaca sesuatu disampingnya. Junsu melempar bantal kearah wajahnya. “Yah!” seru Chansung, seperti yang sudah diduga Junsu. Dia hanya terkekeh.
Cewek ya.. atau perempuan lah bilang saja. Yaah, setiap lelaki pasti kepengin lah punya pacar, apalagi dengan umur mereka sekarang. Tapi jadwal padat tak mungkin membuatnya sempat mencari-cari pacar. Mungkin nanti bakal ketemu sendiri.
“Hey, Jaebum. Kemarin aku bertemu dengan perempuan—”
“EAAHH, benar kan? Kau kepikiran cewek!”
“Eissh, aku belum selesai ngomong tau,”
“Arasso.. arasso.. lanjutkan.”
“Perempuan itu mencari nama Jung Hoon Ji di apartemen kita ini, memangnya ada yang pernah tinggal disini sebelum kita?”
“Lah, memangnya aku cenayang? Tanyakan manajer yang mengontrak apartemen ini untuk kita.”
Junsu manyun mendengar jawaban Jaebum, “Ck, anak ini memang benar-benar.. Aku bertanya kalau saja memang benar ada seseorang yang pernah tinggal disini atau tidak.”
“Dan sekali lagi, chagiyaaaa…” Jaebum ngece, “aku bukan cenayang. Memangnya perempuan itu cantik ya? Kau sampai memikirkan siapa yang dicarinya.”
“Tidak. Sama sekali tidak cantik. Dia tidak bisa berbahasa korea. Mungkin orang luar negeri, tapi wajahnya Asia. Seperti kau mungkin.”
“Hmm.. dan kau sekarang berharap bertemu dengannya begitu?”
“Haissh, tidak ada hubungannya! Eh tapi, aku jadi ingat, di restoran kemarin dia sepertinya bersama seorang lelaki. Mungkin itu orang yang dicarinya.”
“Wajahmu, Junsu. Seperti orang yang sangat khawatir, kau menyukainya kan? Ya kan? Hehehe, Yah, semuanya.. Junsu menemukan cewek loh!”
“YAH!”
“Apa-apa?? Junsu nemu cewek? Siapa dia?” tanya Junho.
“Tuh kan, aku bilang apa? Instingku tak akan pernah salah!” ujar Chansung.
“Yah, kau diam saja!” seru Junsu.
“Junsu wajahnya merah!” goda Nickhun.
“Aku tak pernah merona, tau!” seru Junsu pada Nickhun. Lanjut.. lanjut.. lanjut.. semua melanjutkan segala kata-kata mengejek, menggoda untuk Junsu.
Oh, gosh… seru Junsu dalam hati.
***
“Hey!” seru Junsu kepada seorang perempuan yang berpapasan dengannya di koridor sebuah salon. Perempuan itu berbalik.
“Ya? Kau memanggilku?” tanya si perempuan itu.
“Kau bisa bahasa Korea?” tanya Junsu terkejut kepada perempuan itu. Perempuan itu bingung.
“Memang kenapa? Aku sudah tiga tahun disini, tidak heran.” Perempuan itu menjawab dengan penuh keheranan.
“Tapi kemarin kau bilang tidak bisa bahasa Korea,” ujar Junsu.
“Eh? Kapan?” tanya perempuan itu tambah bingung.
“Sekitar seminggu yang lalu kau mendatangi apartemenku untuk mencari seseorang. Tak sangka akan bertemu denganmu disini dan kau bisa bahasa Korea,”
“Eh? Maksudnya apa?” tanya perempuan itu benar-benar keheranan.
Junsu juga ikut heran. “Kau tidak ingat?”
“Uhm.. bilang saja memang aku memiliki daya ingat yang sangat lemah. Atau itu orang yang mirip denganku.”
Junsu terdiam, dan menelengkan kepalanya berpikir.
“Ah, jika kau tidak ada urusan, biarkan aku melanjutkan pekerjaanku.” Perempuan itu pamit kepada Junsu. Junsu hanya mengangguk.
“Dia tidak mengenalmu?”tanya Jaebum
“Benar. Dan dia bisa bahasa Korea.”
“Mungkin saudaranya.”
“Tak mungkin. Mirip sekali. Dan suaranya mirip.”
“Yaaaaa.. kau sampai ingat dengan suaranya. Hey, yorobunniee, Junsu—UHK!” Jaebum dibekap oleh tangan Junsu. “Eissh, anak ini diamlah!” Junsu melepaskan tangannya.
“Aku tak tahu, sepertinya wajah perempuan itu menari-nari di pikiranku tiap malam.”
“CEILEEEEH!!”
“Diamlah!” desis Junsu sambil memperingati.
“Tapi kau mau apalagi, dia saja tidak mengingatmu. Sudahlah..” ujar Jaebum sambil menepuk-nepuk bahu Junsu.
***
Beberapa bulan setelah kedatangan perempuan itu, Junsu dan satu grupnya mengisi banyak acara, jadwal makin padat. Junsu sudah hampir melupakan keberadaan perempuan itu, tiap malam juga sudah tidak memimpikan perempuan itu. Mungkin perasaan sukanya hanya sementara. Kalau kata istilah itu.. cinta lokasi.
Dan sekarang dia berada di sebuah Universitas swasta untuk mengisi acara Hari Perempuan di Korea. Banyak grup yang diundang. Acara ini lumayan besar. Ada festival yang bebarengan dengan acara konser ini. Setelah mempersembahkan beberapa lagu, 2PM berencana meninggalkan tempat. Baru kali ini ada hari dimana mereka lumayan bebas setelah menjalani satu acara, maka salah satu diantara mereka mencetuskan ide untuk berputar-putar di acara festival, dengan konsekuensi diikuti oleh beberapa bodyguard. Maklum, banyak fans yang berkumpul hanya untuk melihat mereka manggung barang beberapa menit.
Fans, antara fenomena dan hal yang harus disyukuri, tanpa mereka, grup-grup di Korea tidak akan sebesar saat ini. Tidak akan ada istilah Idola. Tapi dilain sisi agak merepotkan mereka. Lihatlah, saat mereka berjalan ke festival itu, banyak gadis-gadis sekolahan berteriak di pinggir, terjebak oleh desakan bodyguard dan beberapa orang yang lain. Mereka berteriak dan ada yang menangis. 2PM hanya tersenyum menanggapi mereka. Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan kecuali tersenyum. Bunuh diri kalau mereka tiba-tiba menanggapi hysteria para fans mereka.
Kerumunan semakin berkurang setelah mereka, para fans, akhirnya lelah sendiri. Atau memutuskan pulang, karena mereka mempunyai agenda sendiri. Beberapa bodyguard pun sudah mempersantai penjagaannya. Beberapa masih lalu lalang, para fans itu. Tapi hanya berteriak histeris dengan teman sebelahnya.
Junsu dan teman-temannya melihat-lihat sekitar. Karena kerumunan makin berkurang, dan suasana yang lumayan kondusif jika ada fans yang tiba-tiba mengajaknya bicara membuat mereka sanggup meladeni permintaan. Junsu menangkap sekelebatan perempuan yang dikenalnya. Perempuan itu. Junsu menatapnya, melangkah pelan menuju perempuan itu, yang sedang melihat-lihat topeng festival. Dan dia melihat Junsu.
“Hello! Senang bertemu denganmu lagi.” Si Perempuan itu menyapanya duluan. Junsu seketika merasa lega, setelah memendam kekhawatiran bahwa dia menyapa orang yang salah, lagi.
“Hai. Kau sedang apa disini?”
“Aku? Aku kuliah disini. Kau sendiri?”
“Kuliah?” ujar Junsu heran dengan bahasa Koreanya. Lupa kalau perempuan ini tidak bisa berbahasa Korea.
“Benar, aku mengambil program Student Exchange di Negara asalku. Dan eh ya, aku sedikitnya mengerti bahasa Korea sekarang. Tapi tetap tidak bisa mengucapkannya.”
“Jadi kau mengerti jika aku berbicara bahasa Korea?”
Perempuan itu mengangguk.
“JUNSU!” seru suara itu. Jaebum dan yang lainnya mendekat ketempat dimana Junsu berdiri. Perempuan itu melihat tujuh orang berkumpul disekitar Junsu.
“Temanmu?” tanya perempuan itu.
Jaebum melirik Junsu, “Inikah?” tanyanya. Junsu mengangguk. “Hello, my name is Jaebum. And this is Junsu. I have heard about you last time visiting our dorm, right? Got it from him.” Jaebum dengan lancarnya menyapa si perempuan itu, sambil menunjuk Junsu dengan dagunya.
“Oh, Inggrismu lumayan. Perkenalkan aku Alexa. Aku lupa memperkenalkan namaku.” Alexa mengulurkan tangan ke arah Jaebum dan menampilkan senyum manisnya. Jaebum berbisik di telinga Junsu, “Benar, dia manis juga.” Junsu hanya mendengus.
“Ah, kalian sedang apa disini?” tanya Alexa lagi.
“Kami—”
“We—”
Junsu dan Jaebum menjawab bersamaan. “Kita sedang konser disini. Kami penyanyinya.” Nickhun kali ini yang bersuara. Mata Alexa mendadak membesar, terkejut.
“Ah, kalian penyanyi? Tak kusangka. Kalian yang menyanyikan lagu… eh—kalau tak salah begini : Again and again and again and again. Betul kan?” tanya Alexa sambil meniru tarian awal mereka. Nickhun mengangguk. “Aku suka lagu itu.” Tambahnya.
“Lalu kau disini ngapain?” tanya Chunsang tiba-tiba.
“Aku sedang dalam program Student Exchange.”
“WOOH! Dia mengerti bahasa Korea!”
Alexa hanya tertawa.
“Kau dari Negara mana?” tanya Taecyon
“Boston.”
“WAH! Sama sepertiku kalau begitu. Aku dari Boston juga, er—aku besar disana.”
“Wah, bagus kalau begitu. Kebetulan yang menarik, bukan?”
“Alexa!” seru seseorang dibelakangnya, memanggilnya untuk segera kesana.
“Wah, maaf. Aku duluan. Kalian semangat saja menghibur orang-orang. Fighting!” Alexa meniru gaya orang korea jika menyemangati antar teman. “Dah!” dan dia menutupnya dengan senyuman termanisnya seraya melambaikan tangannya.
Jaebum menyodok dada Junsu. “Kau diam saja.”
“Bagaimana aku bisa ngomong kalau kalian begitu cerewet.”
“Marah nih yeee..” goda Taekyon.
“Yah! Aku benar kan Junsu lagi suka sama ceweeek!” seru Chansung gembira yang ujung-ujungnya dibekap oleh Wooyoung.
“Diam sebelum orang-orang mendengarnya, babo-yah!” ujarnya. Chansung lalu menutup mulutnya sendiri dan menggerakkan tangannya seperti orang yang berjanji akan menutup mulutnya dan menjaga rahasia ini.
“Lalu?” tanya Wooyoung kepada Junsu. Mereka sekarang berbalik menuju mobil mereka untuk pulang, dan kalau memang masih ada waktu, mereka akan latihan.
“Lalu apa?” tanya Junsu balik. Kini mereka bertiga berjalan paling belakang.
“Lalu bagaimanaaa? Dengan perasaanmu ini,” timpal Jaebum, “kutahu itu cewek idealmu. Si pemilik senyum manis. Kalau aku jadi kau, aku tak akan mengejarnya.”
“Jelas saja, kita sibuk.” Junsu menjawab.
“Tapi jelas sekali kau menyukainya, hei.” Wooyoung berkata.
“Suka pun tidak harus direalisasikan, kan? Aku bahkan tidak punya nomer teleponnya.”
“CIEEEE!!” seru Jaebum dan Wooyoung bebarengan.
“Apa sih?” tanya yang lain, yang berjalan mendahului mereka.
“Diam saja kalian!”
“Oh, ini gila.” Junsu mendesah setelah terbangun dari tidurnya. Sudah berapa minggu ini dia memimpikan Alexa. Kata orang tidak ada obat yang mujarab selain menghubungi orang yang menghantui pikiranmu. Dalam artian, jika menghantuinya disertai perasaan rindu yang berkepanjangan. Junsu bangun dari kasurnya. Memutuskan untuk minum air dingin untuk menetralkan perasaannya. Seketika ada ide muncul : tanyakan saja pada pegawai salon itu! Wajahnya mirip, pasti saudaranya. Besok mereka harus manggung di acara televisi, otomatis mereka harus bersolek dulu. Dan untung saja, salon itu langganan mereka. Mendadak hati Junsu senang bukan main.
Esoknya, Junsu benar-benar mencari pegawai itu. Tentu saja dengan diam-diam meninggalkan temannya di lobby. Berabe kalau mereka sampai tahu.
Junsu celingukan mencari satu persatu ruangan yang ada. Tetapi dia tidak menemukan perempuan yang mirip Alexa itu. Perut Junsu terasa jatuh semua, rasanya ada sesuatu yang hilang.
“Yah, kau!” seru seseorang dibalik punggung Junsu. Junsu berbalik dan mendapati orang yang sama seperti yang disapanya kemarin di salon ini. Dan memang wajahnya mirip sekali dengan Alexa.
“Kebetulan sekali, aku sedang mencarimu.” Junsu berujar tiba-tiba dan sontak maju mendekat ke arah perempuan itu. “Kau, kenal Alexa?” tanyanya langsung. Perempuan itu berjengit.
“Dia adikku, kenapa? Maksudku adik kembaranku.” Perempuan itu menjawab dengan jelas. Junsu kontan menepuk keras kedua tangannya—kegirangan.
“Boleh aku tahu nomer handphonenya?” tanya Junsu to the point.
“Memangnya kau siapanya?” tanya perempuan itu.
“Temannya.”
“Bohong. Dia tak punya teman orang Korea selain orang yang dicarinya. Dan kapan Lexy punya teman artis sepertimu?” tanya perempuan itu dengan ketus. Mulut Junsu menganga tak percaya dengan ucapan ketus perempuan didepannya. Bayangannya 100% hancur, karena dipikirnya saudara Alexa setidaknya juga murah senyum. Tapi ternyata tidak.
“JUNSU-YAH! KEMANA KAU!?” seru suara dari lobby. Junsu mendecak tak sabar. Tangannya menyambar pulpen yang terjepit di saku dada si perempuan. Sontak saja si perempuan itu terkejut dan marah-marah tak jelas. Disambarnya tangan kiri si perempuan dan menuliskan nomer handphonenya.
“Beritahu Alexa untuk menghubungi nomor ini. Ini pulpenmu.” Junsu meninggalkan perempuan yang menatap heran itu.
***
Telepon berdering dari balik bantal. Alexa buru-buru menyambar teleponnya itu.
“Merepotkan.”
Ujar suara dari balik telepon Alexa. Alexa hanya terkekeh. “Kenapa denganmu?”
“Kau kenal dengan Junsu 2PM darimana?”
“Junsu? AH! Dia. Memang kenapa?”
“Dia seperti kesetanan mencariku, dan menanyakan nomormu.”
“Lalu?”
”Tidak kuberi, lah. Kau tahu. Aku tak mau melanggar janji atas privacy-mu itu.”
Alexa hanya tertawa pelan.
“Tapi dia memberikan nomornya padaku. Cari kertas dan catat. Cepat.”
Alexa mengambil binder mininya, “Lanjutkan,” lalu dia mencatat nomor yang diberi kakaknya. Diletakkan pulpennya dan bindernya sekalian di sampingnya.
“Lexy..”
“Hmm?”
“Kupikir dia menyukaimu.”
“Benarkah?”
“Sepertinya. Dari tampangnya saja dia sepertinya penasaran denganmu. Aku beri saran saja sih, kirimi dia SMS.”
“Setelah Hyoon Ji aku tak ingin punya pacar, Rem.”
“…”
“Kenapa diam?”
“Aku tak mengerti pikiranmu, Lexy.”
“Kita memang dilahirkan sama, tapi pikiran berbeda. Sadarkah kau Remmy?”
“Ya, aku sadar betul. Dan untung kau ada, kalau tidak aku bisa mati karena dipaksa ini itu oleh Mom.”
“Dan melarikan diri ke Korea. Kenapa semua harus berakhir disini?”
“Tanya itu pada dirimu sendiri. Kau kenapa dapat pertukaran pelajar kemari, bukannya Afrika saja. Merepotkanku tahu!”
“Sudahlah, kau juga harus menerima keberadaanku disini. Tentang pertukaran pelajar itu juga aku sebenarnya tak menginginkannya, kau tahu. Ini random saja. Dan aku lantas mengingat Hyoon Ji, dan berusaha mencari tahu dimana dia tinggal. Alih-alih Hyoon Ji, aku dapat Junsu ini.”
“Kau beruntung dapat artis.”
“Apa untungnya?”
“Yah untung saja. Ah, kau ribet. Aku heran kita terlahir kembar. Ck! Sudahlah, pulsaku sekarat.”
“OK.”
Alexa menutup teleponnya. Saudara kembarnya itu, Remmy, memang dilahirkan dengan memiliki pemikiran yang selalu bertentangan dengannya. Disaat dia berpikir mie Ramen itu enak, Remmy malah bilang mie-nya menjijikkan. Disaat dia bilang Hyoon Ji tidak baik untuknya, Alexa malah berpikir sebaiknya.
Hyoon Ji.. Hyoon Ji. Kemana kau? Jangan sampai saat terakhir Alexa disini dia tidak menemukannya.
***
BIP BIP
Junsu cepat-cepat membuka handphonenya,
=====
Hey, searching for me?
~ Alexa ~
=====
Hey, searching for me?
~ Alexa ~
=====
Junsu berjingkat di tempat duduknya tanpa suara. Dan cepat-cepat membalas,
=====
Well, I am just curious. Because you are the girl that has the best smile I ever know.
Junsu.
=====
Well, I am just curious. Because you are the girl that has the best smile I ever know.
Junsu.
=====
Message Sent.
Junsu tak meletakkan handphonenya, menunggu balasan. Tapi tak kunjung datang.
“Kau tak makan?” tanya Nickhun.
“Nanti saja.” Saat ini dia tidak lapar. Hanya SMS yang dinantikannya.
BIP BIP
Junsu cepat-cepat membuka handphonenya lagi,
=====
Thanks. I feel so honoured. And you are the best dancer and singer altogether. I saw you dancing so powerfull on that stage. You are great!
~ Alexa ~
=====
Thanks. I feel so honoured. And you are the best dancer and singer altogether. I saw you dancing so powerfull on that stage. You are great!
~ Alexa ~
=====
“WOHOOOO!” seru Junsu kegirangan.
“Aigoo.. lihatlah Junsu. Dia kerasukan apa coba?” tanya Taecyon mencibir. Junsu hanya nyengir senang.
“Aku tahu!” seru Jaebum.
“Apa?” tantang Junsu.
“Kau kerasukan arwah apartemen ini!” ujarnya ngawur sembari berjalan ke arah Junsu. “Pasti kau sudah dapat nomor cewek itu, kan?” bisiknya. Junsu mengangguk pelan sambil nyengir lebar. “Owh! Dia benar-benar kerasukaaaaan!”
Aktivitas ber-SMS ria benar-benar membuat hari-hari Junsu makin berbeda. Dia sepertinya sangat semangat setelah mendapat SMS dari Alexa. Teman-temannya pada kebingungan dan sedikitnya heran dengan tingkah laku Junsu. Bahkan manajernya sempat berceletuk, “Kalau kau bisa terus semangat begini, kau bisa mendapatkan Daesang atas namamu sendiri.”
Tidak. Daesang tidak cukup untuk disamakan dengan kebahagiaan Junsu saat ini. Love is in the air. Eh, tunggu, apa benar ini cinta. Mungkin Junsu hanya menganggap senyum Alexa benar-benar manis.
“Kira-kira dia mau tidak ya aku undang melihat acara minggu depan?” tanya Junsu tiba-tiba. Sayangnya disebelahnya bukan Jaebum, tapi Changsun. Tapi toh mereka sudah tahu siapa yang dibicarakan Junsu.
“Undang saja,” jawab Changsun, “mungkin dia makin terpana denganmu jika melihat secara LIVE.”
“Ssah! Dia sudah melihat secara live tau!” ujar Wooyoung.
“Benar juga.”
“Undang saja lah. Tak masalah jika dia tidak mau datang, benar kan Junsu?” tanya Jaebum. Junsu hanya menghela napas panjang.
“Yah, kuharap dia datang sih.”
=====
My group will perform at XXX program next week, can you come?
Junsu.
=====
My group will perform at XXX program next week, can you come?
Junsu.
=====
Message sent.
“Haaah, beginikah rasanya cinta long distance?” tanya Junsu acak.
“CIEEEEEE!!!” ujar yang lain bebarengan. Ricuh tak bisa ditolak, mereka saling mengolok Junsu.
BIP BIP
Junsu langsung kembali menekuni handphonenya,
=====
Invitation?! Well, I don’t know if I can, or not. But I hope I can.
~ Alexa ~
=====
=====
Yes, kinda. I wish you can. If you can, I’ll feel so honored. The show will be held at 8 in the night, at Merong Dome.
Junsu.
=====
Invitation?! Well, I don’t know if I can, or not. But I hope I can.
~ Alexa ~
=====
=====
Yes, kinda. I wish you can. If you can, I’ll feel so honored. The show will be held at 8 in the night, at Merong Dome.
Junsu.
=====
Yeah. Semoga dia bisa.
***
Seminggu kemudian Alexa benar-benar datang. Tak bisa dibayangkan betapa ramainya sorak-sorak anak-anak 2PM akan kedatangan cewek ini. Bahkan mitra satu manajemennya juga ikut bertanya kenapa. Mereka hanya menjawab ada seseorang yang menciptakan taman indah dihati Junsu, yang diikuti teriakan protes bin malu Junsu.
Setelah mereka tampil dan beristirahat di backstage untuk selanjutnya kembali pulang, Junsu pamit untuk menemui Alexa—yang lagi-lagi diikuti sorakan kecil teman-temannya. Junsu berlari kecil mencari Alexa yang tadi dia suruh untuk menunggu di pintu backstage—batas antara penonton dan ruang ganti.
“Hey!” ujar Junsu.
“Hey! Kau keren sekali tadi.” Pujinya sambil menunjukkan dua jempol tangannya. Junsu sumringah.
“Terimakasih. Ngomong-ngomong, kau sibuk setelah ini?”
“Tidak. Kenapa?”
“Eh, kalau kuajak keluar bagaimana? Aku tahu ini sudah malam, tapi bisakah?” tanyanya, memohon. Alexa terdiam sesaat. Sedikit tercengang dengan ajakannya.
“Well, boleh saja. Tapi apa kau tak apa-apa? Maksudku, kau kan ditunggu sama teman-temanmu?” tanyanya.
“Tidak, aku sudah ijin.”
“Aah.. ,” ujar Alexa sambil manggut-manggut, “oke kalau begitu.” Senyum favorit Junsu tergambar di wajah Alexa, membuat sesuatu bergerak makin kuat di hati Junsu. Apakah ini cinta sungguhan?
“Baiklah. Tunggu disini. Aku harus berganti pakaian dulu. Oke. Tunggu disini!” ujarnya sambil berbalik lalu berlari. Alexa hanya terkekeh pelan sambil mengatakan ‘OK’.
Junsu muncul dengan pakaian lengkap. Maksudnya disini adalah pakaian untuk menyamarkan wajahnya. “Ayo,” ujarnya pada Alexa sembari mengulurkan tangan, barangkali Alexa menjawab uluran tangannya. Dan gayung menyambut, Alexa memegang tangannya. Mereka pun berjalan beriringan, keluar dari pintu yang lain.
***
“Ngapain saja kalian?” tanya Junho penasaran.
“Iya, ngapain saja?” tanya Changsun kali ini.
“Cuma ngobrol-ngobrol saja kok. Ga ada yang spesial.”
“Kau jangan menutupinya. Mereka bergandengan tangan!” ujar Taecyon.
“Hei! Kau mengikuti kami?!”
“Kami cuma penasaran. Hanya aku, okcet dan wooyoung,” jawab Jaebum.
“Kalian curang.”
“Taruhan jika besok ada rumor Junsu gandengan tangan sama cewek.” Wooyoung memulai. Kericuhan kembali terjadi. Dan Junsu pun terganggu dengan bakal-rumor itu. Tapi toh sudah konsekuensi, Alexa pasti mengerti, dan Junsu kembali membalas olok-olokan temannya.
***
Benar saja. Baru kemarin mereka jalan berdua dan itupun Junsu sudah mati-matian menutupi wajahnya, tapi tetap saja ada yang menangkap basah mereka berdua. Dan rumor merebak dengan cepat, seperti kimchi lezat yang disediakan di setiap hidangan. Pasti laris.
Remmy berdiri di depan monitornya. Setelah membaca beberapa rumor dan foto-foto yang tidak jelas darimana tentang rumor itu, dia berusaha menelepon adik kembarnya.
“Lexy!”
“What?”
“Itu benar kau?”
“Apanya?”
“Kemarin apa kau berkencan dengan Junsu?”
“Memangnya kenapa? Kau menyarankan seperti itu kan?”
“Tapi.. aku tak menyangka rumor akan sesanter ini. Dan lihat saja responnya mengerikan.”
Alexa hanya mendengus lelah. “Memangnya dibicarakan bagaimana?”
“Hmm.. yaaah, banyak yang tidak setuju. Ada yang bilang kau jelek—berarti aku jelek juga kan?— dan inilah yang aku takutkan, Lexy. Nanti Sung Woo mengira aku selingkuh.”
“Kau bisa bilang itu aku.”
“Tapi berarti aku mengungkapkan kebenaran. Nanti malah rumornya jadi tambah seperti bom atom. Menakutkan juga disukai idola sejuta umat ya.”
“Sebenarnya takut juga, Remmy. Aku tidak suka kehidupanku diekspos. Well, aku bukan seorang artis memang, dan bukan sok ngartis juga. Tapi setiap orang berbeda bukan? Ada yang suka diekspos ada yang tidak. Misalnya dirimu.” Alexa tertawa.
“Kau menertawakan apa, eh? Memangnya aku pengemis perhatian. Atau begini saja. Ngomong-ngomong karena kita kembar, apa tidak sebaiknya kita tukar pasangan?” ucap Remmy tanpa dipikir.
“Kau gila!” sahut Alexa yang dibarengi pertanyaan ‘kenapa?’ Remmy, “uh.. aku sebenarnya sudah mulai menyukai Junsu.” Alexa berujar pelan.
“Benarkah? Ahay!” seru Remmy dibalik telepon girang.
“Tapi aku tidak adil. Karena aku pikir dia mirip Hyoon Ji,” gumam Alexa pelan.
“Kau masih memikirkannya? Setelah apa yang dilakukan padamu?!” geram Remmy.
“Remmy.. ini.. ah entahlah. Aku sendiri juga masih belum yakin. Sudahlah.” Alexa bergumam lagi.
Terdengar helaan napas panjang Remmy dibalik gagang telepon. “Lupakanlah Hyoon Ji, Lexy. Aku tak yakin dia bisa membahagiakanmu, walau dia ternyata masih hidup.” Alexa terdiam. “Kalau kau ada waktu, main ke tempatku. Sejak di Korea kau tidak pernah mengunjungiku. Dasar breng.sek.” Kali ini Alexa tertawa.
Demikian hari demi hari berlalu dan Junsu masih tetap berkencan dengan Alexa. Mereka berkencan secara acak dan tampaknya memutuskan untuk tidak peduli dengan rumor yang seharusnya benar; mereka makan di restoran, mereka bermain di taman bermain. Anehnya tidak ada kelompok pencari berita yang menangkap basah mereka berdua. Mungkin dewi Fortuna sedang tidak ada kerjaan dan memilih Junsu untuk ditangani.
Alexa, bagi Junsu bukan hanya sekedar gadis yang senyumnya menawan, tapi juga gadis yang sempurna. Humoris dan intelek bersamaan. Tapi Alexa tertutup jika membicarakan masalah keluarganya, tapi toh Junsu tidak peduli—atau lebih tepatnya berusaha tidak peduli walau ternyata kenyataannya dia peduli. Pokoknya hari-hari Junsu juga penuh keindahan. Benar kata Jaebum, mungkin taman bunga dihatinya saat ini sedang tumbuh bunga warna-warni. Tapi untuk menanam bunga itu dibutuhkan waktu, dan Junsu hanya punya sedikit waktu. Mencari waktu kosong ditengah jadwal padat memang sangat langka. Terpaksa ketika dalam beberapa hari Junsu tidak mengajak Alexa keluar. Dan ketika Junsu bisa, Alexa sedang sibuk dengan kuliahnya. Dan semuanya makin klimaks ketika mereka (Junsu .CS) harus pergi ke Jepang untuk menjalani suatu training selama beberapa bulan.
Apakah karena terlalu lelah atau karena berada jauh, Junsu makin hari jarang menghubungi Alexa. Dan sebaliknya tidak ada SMS atau telepon dari dia. Apakah hanya karena cinta sekilas saja. Sepertinya jika memang hanya sekilas, kencan kemarin seperti mimpi. Bunga di hati Junsu jarang tersiram, hingga layu. Tapi akhir-akhir ini dia mendapat SMS acak dari Alexa,
=====
Sometimes, I miss you here.
~ Alexa ~
=====
Sometimes, I miss you here.
~ Alexa ~
=====
Hanya sekali, dan entah kenapa Junsu lupa membalasnya. Kemudian dikejutkan oleh SMS lainnya.
=====
My sister got attacked. Your freaky fans assumed that she was me walking with another guy, and being catched while they kissed. Funny yet scary too.
~ Alexa ~
=====
My sister got attacked. Your freaky fans assumed that she was me walking with another guy, and being catched while they kissed. Funny yet scary too.
~ Alexa ~
=====
SMS ini datang beberapa hari yang lalu sebenarnya, dan Junsu baru sempat menelepon sekarang,
“Halo.” Alexa menjawab lemah.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Junsu.
“In the middle. Sebagian semangat tapi sebagian yang lain lelah luar biasa.”
“Bagaimana kabar kakakmu?”
“Sudah sehat, dan dia sudah kerja. Kau sendiri?”
“Yeah, training ini itu. Sibuk, pada intinya.”
“…”
“Kenapa diam?”
“Aku lelah.”
“Tidurlah kalau begitu, maaf mengganggu. Dan maafkan ulah fans itu.”
“Bukan. Aku tak mengantuk, hanya kepikiran kenapa perasaanku terasa lelah akhir-akhir ini. Apa karena kita jarang bertemu?”
“…” kali ini Junsu yang terdiam.
“Aku merasa tidak ada semangat lagi, dan aku kepikiran untuk mengakhiri semua ini,” ujarnya tak semangat.
Roh Junsu serasa dsedot oleh lubang kecil berkekuatan besar. “Kau bercanda.”
“Haha, benar. Sudahlah, kau istirahat saja.”
“You too,” ujar Junsu, khawatir jika itu bukan hanya sekedar candaan.
Alexa menutup teleponnya. Mengusap mukanya. Apakah memang harus diakhiri? Karena mendadak dia menemukan Hyoon Ji-nya.
***
“Kau tak semangat akhir-akhir ini, teman!” seru Jaebum sembari menepuk pundak Junsu.
“Lelah mungkin. Dan kepikiran sesuatu.”
“Katakan saja apa.”
“Alexa sepertinya sudah bosan menunggu.” Junsu menundukkan wajahnya.
“Maksudnya dia ingin putus?” tanya Jaebum.
“Sepertinya,” Junsu mendengus, “Aissh, apakah aku terlihat berlebihan memikirkan hal yang seharusnya keputusannya cukup sederhana? Aku cukup memilih satu diantara dua. Pertahankan atau lepaskan.”
“Cinta itu memang membingungkan, kawan. Dan kau tidak terlihat berlebihan. Aku pikir ini suatu kenormalan. Tapi jangan mempengaruhi performamu.”
Lalu aku harus bagaimana? Pertahankan atau tidak? Tapi sebenarnya dalam lubuk hati yang paling dalam, Junsu benar-benar dengan tulus mencintai Alexa. Ketika dia mengingat senyuman Alexa pertama kali, Junsu memutuskan untuk mempertahankan Alexa.
BIP BIP
Junsu membuka handphonenya dan membaca isinya,
=====
Bad news. I just found my Hyoon-Ji.
~ Alexa ~
=====
Bad news. I just found my Hyoon-Ji.
~ Alexa ~
=====
SMS itu bagaikan petir di siang bolong. Junsu tahu bagaimana cerita antara Hyoonji dan Alexa dari Remmy. Jadi ceritanya Hyoonji dan Alexa sudah berpacaran sejak SMP. Saat di bangku kuliah Hyoonji tertangkap oleh mata Alexa berjalan dengan cewek lain. Karena ingin membalas perbuatan Hyoonji, Alexa pergi dengan teman cowok yang dipiliihnya secara acak. Entah kerasukan setan apa Hyoonji terbakar api cemburu. Dia mendatangi cowok itu dan menghajarnya, alih-alih memarahi Alexa. Dan cowok itu mengalami luka serius, dan diadukan ke pihak berwajib oleh orangtuanya. Karena perbuatannya, Hyoonji terpaksa pindah sekolah dan akhirnya memilih kembali ke Negara asalnya : Korea. Dan beberapa hari kemudian Alexa mengetahui bahwa Hyoonji sebenarnya tidak menyelingkuhinya, itu hanya hukuman karena kalah taruhan dengan temannya dan harus mengajak seorang perempuan berkencan sehari. Alexa merasa sangat bersalah dan hingga sampai saat ini dia mencari Hyoonji. Dan sekarang ketemu.
Apakah hubungan ini perlu dipertahankan?
***
Setelah beberapa minggu menjalani serangkaian kegiatan di Jepang, mereka kembali ke Korea. Tapi tak ada kata istirahat. Mereka harus lanjut menghadiri berbagai acara. Setelah berita terakhir yang didapatnya dari Alexa, Junsu tidak ada niat untuk menghubungi Alexa. Beberapa missed call tercantum di handphone Junsu—dari Alexa.
Saat itu Junsu dan yang lainnya kembali ke apartemennya dan terkejut ketika melihat Alexa berjongkok didepan pintu apartemen. Persis saat pertama kali Junsu menemukannya disini.
Alexa bangkit, “Bisa bicara sebentar?”
Yang lain meninggalkan Junsu diluar berdua. “Ada apa?”
“Kenapa kau tak menjawab teleponku?”
Menjawab apa kau, Junsu. Sibuk? Jawaban klasik. Apakah dia harus menjawab dengan jujur? Sudah seharusnya.
“Aku memikirkan hal mengerikan jika aku mengangkat telepon itu.”
“A-apa?” Alexa bertanya keheranan.
“Aku pikir kau akan mengatakan putus dan memutuskan kembali pada Hyoojin.”
Alexa membeku diatas tempatnya. Dumbfounded.
“Kau pikir aku kembali pada Hyoonjin? Apa kau tak pernah memikirkan jika telepon itu memberitahukan hal gembira?” tanya Alexa.
“Ketakutan mungkin,” Junsu meracau. Alexa mengusap mukanya dan menyisir rambutnya yang dibiarkan terurai. Matanya beradu dengan mata tegas milik Junsu. Mengherankan sekali jika dari mata itu tersirat ketakutan. Alexa menghela napas.
“Junsu.. aku hanya ingin memberitahumu bahwa masalahku dengan Hyoonjin sudah selesai. Aku mencarinya memang awalnya untuk mencari kesempatan kedua. Dan meminta maaf tentunya. Karena aku tahu, hatiku bukan di dirinya lagi, aku menemukan seseorang yang lain. That’s you.” Alexa menelungkupkan tangannya di pipi Junsu. Matanya beradu. Ada kegundahan disana, dimata Junsu. “Aku tak peduli dengan ulah para fans-mu. Beberapa memang ada yang seperti itu. Aku tahu aku tidak pantas jika bersamamu, menurut mereka. Tapi itu hanya masalah kecil. Yang aku takutkan adalah jika ada pemikiran di satu pihak seperti ini. Aku tak mau mengulang kesalahanku.” Alexa memandang Junsu dengan sedih.
Tak ada kata yang keluar dari bibir Junsu, dia hanya memeluk Alexa. Memeluknya sampai terucap sebuah kata, “Maafkan aku.”
Alexa hanya tersenyum sedih. “Tak apa, setiap orang membuat kesalahan.” Alexa menarik diri dari pelukan Junsu.
“Kita bisa melanjutkannya berarti?” tanya Junsu.
“Takutnya tidak.”
Mata Junsu mendadak melebar, “Maksudnya?”
“Aku akan kembali ke Boston besok. Masa pertukaranku habis.” Alexa menatap sedih Junsu.
***
Remmy mendorong troli barang milik Alexa dan membawanya ke bagian gudang di bandara. Alexa sendiri hanya membawa satu tas geretnya.
“Aku akan merindukanmu, Lexy.”
“Tidak rindu dengan Mom?” goda Alexa.
“Tak akan.” Remmy terdiam. “Yeah, katakan saja aku baik-baik saja disini. Jangan khawatir.”
Alexa tersenyum.
“Ngomong-ngomong, Junsu tak mengantar?”
“Kau pikir dia bukan artis, Rem?”
“Aku baru ingat.” Remmy menepuk jidatnya. “Biasalah, aku tak pernah mengikuti perkembangan artis Negara ini. Cukup ribet mengurusi urusanku sendiri.”
Mereka berdua menunggu di lobby sebelum Alexa masuk ke ruang pemberangkatan. Tiba-tiba saja ada yang menepuk pundak Remmy. Remmy menoleh dengan cepat.
“Mengganggumu, tapi bisa aku pinjam saudarimu?” tanya lelaki bertopi pet itu.
“Memangnya dia barang? Tanya saja kepadanya sendiri.” jawab Remmy ketus.
“Eissh, kau ini tak pernah sekalipun tidak ketus padaku,” ujar Junsu kesal.
“Hei, Junsu.” Alexa menoleh dan melepaskan earphonenya. “Kau tidak ada acara?” tanya Alexa.
“Aku baru selesai. Untung saja ada waktu sebelum acara berikutnya. Aku memaksa manajerku mengantar kemari.”
“Yang lain tidak protes?” tanya Alexa.
“Kupaksa untuk tidak.” Junsu terkekeh. Alexa ikut terkekeh juga.
“Aku permisi dulu,” sela Remmy.
“Tidak usah, aku pinjam saja adikmu,” sahut Junsu sambil memberi tanda pada Alexa untuk mengikutinya.
((Bilang saja ini semua dikatakan dalam bahasa Inggris, capek sekali ngasih warna hijau
“Ada apa?” tanya Alexa.
“Tidak, hanya ingin bersama untuk yang… uh, terakhir?” ujar Junsu sembari bertanya.
“Kita kan bisa duduk saja.”
“Kau tak seru. Kau tahu dengan berjalan-jalan aku lebih susah untuk diketahui.” Junsu melipat lengannya di dada.
“Baiklah, sekarang apa? Hanya ingin berjalan-jalan? Sepuluh menit lagi aku harus berangkat.” tanya Alexa.
“Yeah.. begitulah,” Junsu menjawab. Tangannya masih terlipat di dada. “Dan aku hanya ingin mengatakan singkat saja, kalau kelamaan aku bisa dibunuh mereka.”
“Apa itu?” tanya Alexa sebelum dia ditarik ke pelukan Junsu.
“Terimakasih. Terimakasih karena telah membuat cerita di kehidupanku. Aku sendiri tak yakin kita akan bertemu lagi dan mengulang masa yang sama. Karena waktu berputar dan selalu berubah. Mungkin saja kau menemukan orang lain di sana. Terimakasih untuk satu kenangan ini.” Junsu berbisik di balik telinga Alexa. Alexa membalas pelukan Junsu.
“Aku juga. Terimakasih karena telah membuatku melupakan Hyoonji; terimakasih karena telah memberikanku pengalaman berkencan dengan idola gadis seluruh Korea,” Alexa terkekeh, “dan terimakasih untuk pelukan ini.”
Kali ini Junsu yang menarik dirinya dari Alexa, sembari merentangkan tangannya dan membusungkan dadanya, “Kau tak akan menyesal telah merasakan pelukan Kim Junsu sang idola ini.” Senyum tersungging lebar di bibir Junsu.
”Dan kau tak akan pernah melupakan ini,” Alexa meletakkan tangannya di pipi Junsu, menjinjit dan mencium bibir Junsu dalam-dalam. Junsu terkejut tapi langsung mengadaptasikan dirinya dengan suasana ini. Ditariknya badan Alexa mendekat dan membalas ciumannya penuh-penuh.
Jika memang dewi Fortuna sedang iseng lagi, mungkin suatu saat mereka akan mengulangi ciuman ini lagi. Just one moment and one kiss will tell it all.
~ END ~
Minggu, 01 Januari 2012
2PM Seassons Greetings
Langganan:
Postingan (Atom)